Selasa, 14 Agustus 2012

Raja yang Dzalim

Beberapa keluarga Al-Habib Sayyid As-syarif Abdullah bin Sulaiman Basurrah Ba'alawi bercerita:  

Pada suatu hari kakekku Abdullah sedang duduk di masjid jami' yang ada di Hainan (sebuah wilayah di Hadramaut, Yaman). Ketika itu, ia mendengar kabar bahwa raja melakukan beberapa perbuatan mungkar, diantaranya adalah ia tanpa malu dan rasa bersalah melakukan ifthar (membatalkan puasa) di depan publik di bulan Ramadhan. 
Mendengar hal itu, Sayyid Abdullah  mengingkarinya dengan perkataan-perkataan yang tidak berkenan di hati raja. Dan sampailah perkataan itu ke telinga raja, maka ia mengirim utusan pada Sayyid. Utusan itu berkata: "Raja berkata padamu: "Enyahlah dari bumiku, dan engkau memiliki waktu 8 hari".
Mendengar itu Sayyid Abdullah menjawab: "Begitu juga sampaikan pada raja, dan ia memiliki waktu 4 hari!".
Dan setelah itu, Sayyid Abdullah merasa perkataannya terlalu berat, dan ia takut  apa yang dikatakannya tidak terbukti. Maka ia mendatangi Sayyid Umar bin Abdurrahman Al-Attas yang berada di wilayah Huraidhah. Sayyid Abdullah langsung menuju ke kota tersebut, dan ia menemukan Sayyid Umar sedang duduk di sebuah toko di luar masjid jami' setelah sholat Shubuh. Sayyid Abdullah lantas mengucapkan salam dan mengabarinya tentang masalah yang terjadi antara dia dan raja. Tak lupa ia juga meminta pertolongan pada Sayyid Umar sambil berkata: "Saya ingin engkau berdo'a untuk kehancuran raja yang dzalim ini, yang melakukan dosa-dosa besar". Sayyid Umar menjawab, " InsyaAllah, ucapanmu akan tercapai dengan kekuasaan Allah". Maka tak berselang lama kemudian, datanglah kabar bahwa raja menghadapi pemberontakan dari beberapa penguasa, dan ia tewas dalam peperangan, dan hilanglah kekuasaannya.
(dari kitab Al-Fawaidul Mukhtarah hal: 315).